By : Irfan Setiawan
Sebut saja namanya Mujahid. Ia adalah seorang aktivis dakwah yang
saat ini mengikuti dua kuliah magister di dua kampus yang berbeda, dan
bekerja dengan jam kerja 40 jam per pekan. Penghasilannya 1,6 juta per
bulan.
Selain kesibukan kuliah dan bekerja, al-Akh Mujahid juga sibuk
memegang amanah di dakwah kampus, dakwah sekolah, dan di PKS tingkat
Kecamatan di bagian Kaderisasi. Selanjutnya yang luar biasa, al-Akh Mujahid
ternyata memiliki amanah 11 (sebelas) halaqah binaan dengan total
peserta 99 orang. Binaan remaja setingkat SMA 3 kelompok, setingkat umur
mahasiswa 7 kelompok, dan setingkat umur SMP 1 kelompok. Allahu Akbar!
Dengan kesibukannya yang luar biasa tersebut al-Akh Mujahid mengaku tetap bisa diandalkan orang tuanya dalam menjalankan beberapa tugas di rumah.
Karena kesungguhannya dalam melakukan aktivitas tarbiyah, belum lama ini al-Akh Mujahid mendapatkan hadiah satu buah sepeda motor dari Ust. H. Ahmad Heryawan.
Ia menjelaskan alasan mengapa harus dan apa manfaat mengelola banyak kelompok binaan.
Pertama, menurutnya, kebutuhan murabbi amat besar. Ada
berapa jumlah kader dakwah di Indonesia? Ada berapa jumlah masyarakat
Indonesia? Dengan asumsi kita mengandalkan dakwah model halaqah saja,
maka kita butuh banyak murabbi. Kita sangat sering melihat kebutuhan murabbi yang tidak terpenuhi, sampai-sampai terjadi harus digaji untuk mendapatkan murabbi yang siap meluangkan waktunya.
Kedua, kebanyakan orang takut memegang banyak kelompok binaan
akan mengganggu amanah yang lain, misalnya kuliah. Menurutnya ia
membuktikan sebaliknya. Ketika jumlah halaqah yang dibinanya hanya 1
kelompok, IP (indeks prestasi) nya hanya di bawah 3. Ketika jumlah
halaqah yang dibinanya dinaikkan menjadi 5 kelompok, IP-nya meningkat
menjadi 3, 25. Dan ketika jumlah halaqah yang dibinanya dinaikkan
menjadi 7 kelompok, IP-nya meningkat menjadi 3, 65. Bahkan ia mendapat
beasiswa S2 dari kampusnya ketika jumlah halaqah yang dibinanya
dinaikkan menjadi 10 kelompok. Hal ini menurut Al-Akh Mujahid menjadi bukti kebenaran janji Allah seperti disebutkan dalam al-Qur’an:
“Hai orang-orang mukmin, jika kamu menolong (agama) Allah, niscaya dia akan menolongmu dan meneguhkan kedudukanmu.” (Q.S. Muhammad: 7)
Ketiga, setiap hari kita punya 16 jam aktif. Berarti sepekan
ada 112 jam. Bila 15 jam saja kita isi untuk mengelola 10 kelompok
halaqah tentu cukup. Waktu tersebut tidak banyak dibandingkan dengan
manfaat dari pahala yang bisa kita dapatkan.
Keempat, setiap selesai mengisi satu halaqah, ia pun seperti
terbina oleh materi yang disampaikannya sendiri. Wawasannya seperti
dipaksa meluas oleh pertanyaan-pertanyaan para binaan. Ruhiyah juga
menjadi lebih terjaga karena hamper tiap hari ia membina halaqah.
Bagaimana cara mendapatkan kelompok halaqah binaan sebanyak itu?
Kalau kita menunggu, menurut al-Akh Mujahid, biasanya kita
tidak akan bisa mendapatkannya. Namun kalau kita mau jalan-jalan, banyak
sekali lahan dakwah yang membutuhkan mentor. Jumlah SMA di Kota Bandung
ada 200-an. Jumlah Kampus ada 100-an. Belum lagi jika dihitung jumlah
masjid yang ada di masyarakat.
Bagaimana mengelola kelompok halaqah binaan sebanyak itu?
Mungkin kita berpikir bahwa kalau memegang 10 kelompok halaqah maka
harus menyusun 10 materi pembinaan setiap pekannya. Ternyata cara al-Akh Mujahid
tidak seperti itu. Ia menyusun satu materi pembinaan untuk disampaikan
pada semua kelompok. Maka waktu persiapan jadi hemat. Materi yang
disiapkan pun lebih berdaya guna.
Halaqah diagendakan dalam 60 – 90 menit saja. Dan di dalamnya ia
tidak harus berbicara terus menerus, tapi lebih banyak diskusi dan
mempersilahkan para binaan untuk berpendapat. Disinilah al-Akh Mujahid
bisa beristirahat. Selain itu dengan diadakannya presentasi bergilir di
antara binaan, ia bisa melatih para binaannya agar siap menjadi murabbi
di masa depan.
Al-Akh Mujahid juga memanfaatkan facebook. Ia membuat grup di
situs jejaring social itu untuk setiap grup halaqah. Materi-materi yang
tidak bisa disampaikan saat halaqah, dapat disampaikan melalui grup
facebook tersebut.
Jika ada binaannya yang tidak bisa hadir pada jadwal yang ditentukan, maka ia diharuskan hadir pada jadwal kelompok lain.
Di setiap kelompok al-Akh Mujahid menunjuk satu orang yang
bertugas menjarkom dan mencarikan jadwal halaqah serta menanyakan
konfirmasi kehadiran anggota. Data kehadiran harus dimasukkan dalam
Microsoft excel yang terpadu sehingga bisa di cek bagaimana kehadiran
setiap peserta dalam halaqah.
Ada yang mengatakan bahwa memegang banyak kelompok tidaklah akan
optimal. Tapi menurut pendapatnya tidak semua kelompok harus
diperlakukan secara optimal. Sekedar “cukup” saja ternyata membuat
binaan semakin baik. Ia berpikir, lebih baik memegang satu halaqah
dengan optimal dan sembilan halaqah lainnya dengan kategori cukup saja,
daripada Sembilan halaqah tersebut tidak mendapatkan pembinaan sama
sekali.
Agar para binaannya mendapat kualitas pembinaan yang kian prima, al-Akh Mujahid
secara bertahap mendelegasikan pembinaan kelompoknya kepada orang lain
yang siap. Bila ia tidak bisa hadir dalam halaqah, ia akan berusaha
untuk mencari murabbi pengganti sementara.
Agar semangat juang dan kekhusyu’annya dalam membina terjaga, Al-Akh Mujahid biasa mendengarkan nasyid Sang Murabbi dalam perjalanannya menuju tempat halaqah.
Barokallahu laka ya akhi…semoga para aktivis dakwah dapat mengambil teladan dari kesungguhanmu dalam mentarbiyah umat. Semoga Allah Ta’ala
senantiasa mencurahkan ampunan, rahmat, barokah, dan keistiqomahan
kepadamu dan kepada seluruh aktivis dakwah di negeri ini. Amin….
Tidak ada komentar:
Posting Komentar